(Pasukan
pengibar bendera pusaka)
Aku.saya adalah seorang anggota Paskibraka
(Pasukan pengibar bendera pusaka) yang biasa di singkat “Paski”.
Sekarang, saya sudah duduk di kelas 2
SMA swasta yang terkenal di kotaku! Sudah 2 tahun berturut-turut saya
mengibarkan bendera pada tanggal 17 agustus, walaupun hanya di sekolahku. Pada
tahun ini juga saya bertemu kembali dengan kakak-kakak kelasku yang telah lulus
beberapa tahun yang lalu, yang sekaligus juga merupakan pelatihku yaitu ka A,
ka S, dan ka D. Karena tahun ini adik kelasku banyak yang ingin mengibar juga,
maka di adakan penyaringan secara bertahap, namun sebelum penyaringan di mulai,
ka A dan ka S, mengadakan latihan pagi & sore untuk mengajarkan latihan dasar
dari Paskibraka, seperti Jalan di tempat, langkah tegak maju, balik kanan,
hadap kanan, hadap kiri, dsb.
2 hari kemudian penyaringanpun di
adakan, setelah 2-3 jam di adakan penyaringan, akhirnya nama-nama yang akan
mengibarpun di umumkan, dan ternyata namaku ada. Mulai hari itu, saya menjadi
bersemangat latihan. Nasihat dari kakak-kakak pelatih kami juga memberi kami
motivasi untuk rajin latihan.
Karena waktu yang sangat sempit, maka
kami mengadakan latihan pagi & sore dengan semangat ’45! Akhirnya,
pasukan-pun akan di bagi menjadi 2. Yaitu pasukan 17 untuk mewakili tanggal
pengibaran kami, dan pasukan 8 yang berjumlah lebih sedikit dari pasukan 17
yang mewakili bulan pengibaran kami.
Setelah ka S dan ka D memilih siapa saja
yang akan menjadi pasukan 8, ternyata saya bukan salah satunya! Hatiku pun
terpukul, sedih, dan kecewa. Padahal saya sudah 2 kali mengibar di sekolahku
sendiri dan tidak memilih untuk maju ke tahap kota ataupun provinsi! Namun saya
hanya menerima apa yang telah terjadi dengan lapang dada, dan melanjutkan
latihan seperti biasanya. Setelah beberapa hari kami latihan dengan lancar,
saya melewatkan 1 kali latihan sore. Esoknya, saya bertanya kepada teman
baikku, apa yang terjadi kemarin dan apa yang di latih kemarin. Dia
menceritakan bahwa kemarin ada kakak pelatih baru datang yang bernama ka F, dan
ternyata dia adalah kakak kelas kami yang telah lama lulus dan sekarang menjadi
pelatih juga untuk Paskibraka tingkat provinsi, dan kemarin sore dia memberikan
latihan intensif yang sama dengan Paskibraka tingkat provinsi kepada mereka.
Saya hanya bisa membayangkan apa yang terjadi kemarin, dengan perasaan takut
dan juga penasaran.
Saat waktu latihan pagi ternyata dia pun
hadir, saat dia datang kami menjadi diam bagaikan batu, dan tidak bercanda
lagi. Saat dia memberikan arahan, saya merasa mengenalnya, namun entah di mana.
Saat dia melatih kami, ternyata semua hal yang di katakan teman-temanku benar.
Dia menggunkan aturan bahwa jika kita melakukan kesalahan sekecil apapun, kami
harus membayarnya yaitu dengan push-up!
Saat saya tiba di sekolah pada sore
hari, ada seorang kakak kelas 3 yang berada di pasukan 17 juga, bertanya
“Hey... kamu bawa air minum?” Tanyanya
dengan tampang cemas.
“Iya, ka!” balasku
Setelah itu ia pun cepat-cepat
menyalakan mesin motornya dan pergi membeli aqua! Latihan pada sore hari itu
memang berat, tapi untunglah hanya sedikit dari kami yang melakukan
kesalahan-kesalahan lagi. Saat istirahatpun tiba, dia menyuruh kami untuk duduk
dan merenggangkan otot kaki. Setelah 5 menit duduk, dia menyuruh kami mengambil
air minum yang telah di bawa dari rumah. Ternyata di antara kami ada 3 orang
yang lupa membawa air minum, salah satunya adalah Danton (orang yang memberikan
aba-aba) kami, dan dia memanggilnya ke depan dan ia bertanya
“Kalian mau minum atau tidak?” tanyanya
2 diantara mereka mengatakan ia, dan
satunya tidak. Yang mengatakan tidak adalah adik kelasku yang bernama R, namun
2 di antara mereka mengatakan ia, jadi dia pun menyuruh mereka dalam posisi
push-up dan dia akan memberikan minum setelah keringat mereka menetes di tanah,
dan mereka melakukannya, setelah itu ia pun membagikan setengah gelas aqua
kepada mereka bertiga. Setelah mereka minum, ia pun memberikan sisa setengah
gelas aqua itu kepada orang pertama dia menyuruhnya minum namun tidak di telan,
setelah di kulum di mulut, dia menyuruh muntahkan kembali air tersebut ke
gelasnya, setelah itu ia pun memberikan gelas tersebut pada orang kedua dia
merupakan Danton kami, dia menyuruh melakukan hal yang sama seperti orang
pertama, dan begitu pula kepada orang ketiga, dia menyuruh mereka melakukan itu
sebanyak 2 kali. Akhirnya air di gelas itupun sudah berubah warnanya menjadi
kekuningan dan berbusa, air gelas itu pun di berikan kepada Danton kami dan ia
menyuruhnya minum dalam waktu 3 detik. Akhirnya Danton kami pun mengalah dan
meminum air itu.
Malamnya saya pun meng-kontak ka A yang
sebelumnya di beri tanggung jawab terhadap kami dan saya menceritakan kejadian
tersebut, dia sangat kaget dan meminta maaf bahwa dia kemarin dan hari itu sangat
sibuk sehingga tidak bisa datang.
Esoknya ka A datang dan mendengar semua
yang terjadi dari kakak-kakak kelas 3, ternyata pada hari itu tenggorokan Danton
kami sangat sakit hingga suaranya pun serak dan kecil, juga adik kelas kami, si
R tidak masuk sekolah karena sakit demam, kejang-kejang, dan muntah-muntah.
Tapi untunglah pada pagi itu kami bisa latihan tanpa adanya rasa takut yang
menghantui. Namun, karena kejadian kemarin 3 orang berencana mengundurkan diri
yaitu Danton, teman sekelasnya, dan si R. Tapi ka A mengatakan
“Kalian jangan dulu berniat demikian,
sebab kalau kalian benar-benar keluar, kalian lah yang rugi, kalian sudah
banyak korbankan waktu, energi, dan pelajaran malah tidak jadi mengibar.
Bersabarlah sedikit, dan datanglah latihan sebentar sore, saya juga pasti
datang” ucap ka A untuk menenangkan hati mereka.
Saat latihan sorepun tiba, kami sangat
senang dan juga tenang bahwa ka A, ka S, dan ka D yang melatih kami, kemudian
ka A membubarkan kami untuk pulang, namun saat kami baru saja bubar tiba-tiba
datanglah orang tua si R marah-marah kepada ka A tentang kejadian kemarin, kami
pun menjelaskan kepada orang tuanya bahwa yang melakukan itu bukanlah ka A
namun ka F, ka A kemarin sedang sibuk jadi tidak ikut campur. Setelah orang
tuanya mengerti penjelasan kami, tiba-tiba datanglah ka F dan saya langsung
menyadari bahwa dia adalah salah satu dari mahasiswa di kampus di mana mamaku
kerja sebagai Dosen tetap. Dan tiba-tiba ibu dari si R langsung menghampirinya
dan memarahinya habis-habisan anggota Paskibraka yang lainpun ikut mengerumuni
dia, saya dan ka A tidak bisa mengatakan apa-apa dan hanya bisa duduk sambil
berharap tidak terjadi apa-apa.
Akhirnya saat amarah orang tua si R
reda, ka F menyuruh kami berkumpul dan duduk berbentuk lingkaran sejenak untuk
mendengar penjelasannya. Dia mengatakan bahwa di Paskibraka itu hanya di
butuhkan 3 orang untuk mengibarkan bendera, jadi jika yang lain keluar dia
tidak merasa terganggu, walaupun hanya tersisa 1 atau 2 orang katanya dia masih
bisa menggantikan kami yang keluar. Setelah itu ia bertanya siapakah yang mau
keluar dan Danton serta temannya sudah tidak tahan dan keluar, saat itulah
menetes air mata ka A melihat Danton dan temannya keluar, kami yang lain pun
ikut menangis karena tidak tega. Setelah itu seorang kakak kelas 3 mewakili
kami semua mengatakan kepada ka F,
“ka, saya walaupun baru sekali ini
mengikuti Paskibraka,saya sudah mengerti perasaan yang lain, sebenarnya saya
saat ini sangat ingin menangis, tapi karena saya seorang pria, saya harus
menahannya. Saya mengatakan ini bukan bermaksud tidak sopan, saya cuma ingin
kakak lebih baik tidak usah melatih kami, biarkan ka A, ka S, dan ka D yang
melatih kami, karena merekalah yang pertama di beri tanggung jawab melatih
kami” jelasnya
Dan ka F pun mengatakan bahwa dia akan
melakukan itu tapi ternyata ia bukanlah datang tak di undang, tapi pak guru
kamilah yang memanggilnya untuk membantu melatih.
Setelah hari itu, ia pun tidak pernah
muncul lagi. Namun, belum selesai perkara yang di timbulkannya, ternyata saat
saya tidak mengikuti latihan sore beberapa hari yang lalu ia sempat mengganti
temanku yang di pasukan 8 si T, dengan adik kelas kami si P.
Temanku ini tidak terima dia di
gantikan, dan menceritakan hal tersebut kepada ka A, akhirnya si P mendengar
tentang itu dan salah paham, dia mengira temanku si T menceritakan dirinya dari
belakang, si P mengatakan kalau ka A ingin mengembalikan dirinya di tempat
semula ia tidak merasa sedih atau kecil hati, namun ia tidak suka bila ada
orang yang membicarkannya dari belakang. Akhirnya ka A mempertemukan mereka untuk
saling memaafkan dan memutuskan temanku si T yang kembali ke pasukan 8.
Pada akhirnya untunglah kami dapat
menampilkan yang terbaik saat hari-H walaupun si R tidak lagi bersama kami. Dan
setelah pengibaran, kami mengambil beberapa foto bersama, setelah upacara
selesai kami di sambut dan di berikan pujian dari guru-guru dan teman-teman
kami, walaupun ada beberapa rintangan, hukuman, sakit hati, tangis, dan
ketakutan, kami merasa sangat bangga dapat menjadi anggota Paskibraka tahun
2014 ini.
24 Agustus 2014, Palu, Sulteng, Indonesia
By
Gabriella Gabby